Rabu, 27 November 2019

Dokter Kandungan Perempuan

Kebutuhan yang Bersifat "Darurat"Oleh : Asih Dewayanti


        Tetanggaku, tepatnya anak perempuan tetanggaku, pada akhirnya dicap "rewel" karena tidak mau diperiksa oleh dokter laki. Rayuan apa pun tak meluluhkan hatinya untuk menolak diperiksa oleh dokter laki-laki. Prinsipnya satu : harus dokter perempuan.

         Jadi, apa masalahnya ?
Ya itulah. Mencari dokter perempuan, apalgi dokter kandungan, bukan perkara mudah. Di kampung saya, adanya hanya bidan. Dan itu perempuan.
Jadi, apa masalahnya ?
Sumber; google.com


       Lho, bidan kan tidak sama dengan dokter. Eh, kita tidak bicara soal keahlian, ketrampilan atau pengalaman. sangat mungkin bidang lebih berpengalaman dari dokter kandungan perempuan dalam urusan menangani perempuan yang punya masalah dengan organ tubuh spesialnya sebagai perempuan. Ini tentang legalitas yang terkaitan erat dengan sertifikasi keprofesiannya. Pekerjaan dokter kandungan yang saya maksud adalah pekerjaan yang hanya legal dan sah dilakukan oleh seorang dokter. Bukan oleh selain dokter.

        Kesadaran terhadap kehidupan beragama di kalangan anak muda sudah demikian besar. Mestinya hal ini juga menjadi kesadaran bagi pihak-pihak yang berkompeten dengan dunia pendidikan untuk menyiapkan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat syar'i semacam ini,Lembaga-lembaga pendidikan Islam, lembaga-lembaga dakwah, menurut saya sudah saatnya untuk "berjihad" mencetak dokter-dokter perempuan karena kondisi memang sangat membutuhkan.        
        Bukan hanya lembaga-lembaga tersebut, tetapi para orangtua muslim, hendaknya mulai menanamkan kesadaran kepada anak-anak perempuannya untuk menekuni keilmuan terkait kedokteran kandungan. Ini sangat penting. Sangat urgen.lho, apa masalahnya sih ?Mari kita senantiasa, belajar, belajar, dan terus belajar.

        Betapa pihak-pihak yang ingin menghancurkan pondasi keislaman demikian gencar untul melemahkan posisi tawar kaum muslimin di segala aspek kehidupan. termasuk dalam penanganan kesehatan kaum perempuan muslim.
Lalu, akankah kita rela begitu saja membiarkan kaum perempuan kita (baca: putri-putri kita) di"obok2" oleh lelaki yang bukan muhrimnya dengan dalih "darurat " ?
Para penghancur Islam sedang gencar-gencarnya merusak pondasi dasar generasi penerus kita, sodar-sodara......


        Begini.
Mari. Mari sadarkan anak-anak kita untuk menyadari betapa penting menjadi "pintar" dan melahirkan anak-anak yang pintar. Siapkan generasi dokter-dokter perempuan untuk memenuhi kebutuhan urgen para perempuan muslim.
Lemahabang, 27 November 2019

SIMULASI KAMPUS IDAMAN


Melejitkan Motivasi Belajar Peserta Didik

Best Practice
Oleh : Asih Dewayanti


      



Bermula dari sebuah fakta bahwa tidak semua peserta didik ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Alasannya beraneka, dan saya tidak meneliti tentang hal tersebut. Saya menemukan adanya ketertkaitan antara motivasi belajar peserta didik dengan kondisi apakah mereka ingin melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak. Mereka yang memiliki cita-cita melanjutkan ke perguruan tinggi memiliki motivasi belajar yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak ingin melanjutkan pendidikannya.





Motivasi belajar ini terlihat dari beberapa indikator yaitu berupa perilaku-perilaku positif yang ditunjukkan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.Perilaku positif yang dimaksud antara lain menyimak, aktif, gembira dan sungguh-sungguh. Indikator ini saya kumpulkan datanya berdasar pengamatan/obseravsi. Berdasar hasil observasi tersebut saya berkesimpulann bahwa keinginan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bisa dijadikan alat atau media agar mereka memiliki semangat atau motivasi belajar yang tinggi.



Saya pun membuat survey lagi melalui angket. Angkat saya sebarkan kepada seratus peserta didik diari kelas-kelas yang saya mengajar di dalamnya. Angket tersebut berisi pertanyaan tentang hal apa saja yang membuat merasa sangat termotivasi untuk belajar.. Survey pendahuluan memberikan tiga hal yang paling mampu membangkitkan motivasi belajar mereka, yaitu : 1. metode/strategi guru mengajar, 2. kemampuan guru menguasai materi ajarnya, 3, saran prasarana pembelajaran yang tersedia.






Berdasarkan ketiga hal tersebut diperoleh data bahwa strategi atau cara guru mengajarkan yang paling menentukan , apakh peserta didik termotivasi atau tidak.
Saya hubungkan antara data tentang hubungan antara motivasi belajar deengan keinginan melanjutkan ke perguruan tinggi, dan data tentangfaktor apa yang paling menentukan motivasi belajar peserta didik.
Terpikirlah oleh saya untuk melakukan strategi pembelajaran berupa sebuah pembiasaan untuk melakukan afirmasi yang mengondisikan peserta didik seakan-akan sedang belajar di kampus idamannya. Mereka harus merasakan sedang menjadi mahasiswa di setiap peme=belajaran bersama saya di kelas.




Berdasarkan uraian tersebut, saya siapkan rencana penelitian saya dengan judul " Simulasi kampus idaman Melejitkan Motivasi belajar Peserta didik".
Semua langkah penelitian saya lakukan, hingga saya menyelsaikannya dan saya yakin, inilah karya terbaik saya di tahun 2019 ini.
Saya menyusunnya menjadi sebuah karya tulis jenis Best Practice,
Demikian, semoga mengispirasi.






Terima kasih untuk semua
















.


Di Babakan, saat PKP
16.11.2019

Senin, 18 November 2019

KUBELI GENGSIMU

Oleh : Asih Dewayanti
18 Nov 2019


          Ini tentang sampah. Sebut saja, sampah plastik. Teori tentang  bahayanya sampah plastik, anak kecil pun hafal. Sampah plastik butuh waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk bisa terurai menjadi tanah. Maka selama itu pula sampah plastik yang tertimbaun dalamtanah menjadi racun bagi tanah. Menjadi racun bagi tanah sama artinya dengan menjadi racun bagi kehidupan.
          Apa hubungannya dengan "membeli gengsi " ?
Yang sedang kami hadapi di lingkungan saya, sekolah tempat saya mengajar, adalah sampah plastik. himbauan untuk mengurangi bahkan menghentikan penggunaan plastik untuk berbagai keperluan, seperti angin lalu. Bertiup, terasa, namun kemudian hilang. Pucuk pimpinan dengan segenap timnya telah melakukan upaya optimal untuk menangani sampah plastik di sekolah. Namun sekolah dengan 27 rombel yang masing-masing terdiri atas 34-36 peserta didik adalah produsen utama sampah plastik, bukan perkara mudah ngurusi sampah plastik. 
          Tempat seperti ini memang butuh pribadi-pribadi "GILA" untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik. haruskah saya menjadi " GILA" ? Apa yang harus saya lakukan untuk bisa disebut "GILA" ?
          Terkait dengan sampah plastik, di sinilah saya akan mulai bergerak. Biarlah saya yang memulai. Saya sampaikan kepada anak-anak, sekadar mengulang, betapa berbahayanya sampah plastik demi kelangsungan hidup dan kelestarian bumi.  Mareka sudah sangat paham , hanya saja mereka tak tahu harus bagaimana menyikapinya.