Hffh ! Baru kali ini aku merasa benar-benar jadi manusia paling
tolol di muka bumi ini. Manusia paling bodoh, bodoh, bodoh ! Nyaris saja
kubanting ponsel di tanganku jika saja aku tak ingat bahwa benda itu
kudapatkan dengan susah payah. Aku dapatkan itu dari upah menjaga toko
besi milik paman sepulang sekolah.
Ya Tuhan sedang kenapa aku ini? Yang kulakukan kali ini adalah
perbuatan paling konyol kurasa. Memutuskan hubungan cuma lewat SMS, Dan
yang paling keterlaluan, aku sungguh tak tahu bahwa saat pesan singkat
itu terkirim, gadisku sedang tergolek tak berdaya di ruang ICU rumah
sakit.
Fania kecelakaan, di ICU ( Mama Fania). Begitu bunyi balasan dari
sms-ku. Mati, aku ! Aku tak bisa bayangkan bentuk dan warna muka ibunda
Fania saat ini. Ya, Fania, sebuah nama yang cantik secantik parasnya.
Belakangan hubunganku dengan aktivis Osis yang supersibuk itu memang
agak kacau. Ini karena aku sudah dua kali menyampaikan keinginanku untuk
memutuskan hubugan khususku dengannya, dan mama Fania tahu hal ini.
Kutelusuri kembali jalan ceritaku bersama Fania. Sungguh tak mudah
buatku, seorang lelaki yang kerap dijuluki playboy ini menaklukkan hati
Fania. Aku sudah mengenal cinta sejak awal SMP, dan aku enjoy saja
dengan beberapa gadis cantik yang menggandrungiku. Rasanya bangga aja
bisa bikin cewek blingsatan karena senyumku. Entahlah, aku selalu
menyalahgunakan karunia berupa ketampanan ini untuk hal semacam ini.
Pertama kudapati Fania dalam sebuah kegiatan MOS.Saat itu ada
beberapa temannya sesama siswa baru yang pingsan karena kelelahan. Dia
begitu cekatan membantu tim PMR menanganinya. Mulai dari penanganan awal
hingga penanganan setelah siuman. Fania juga membawa perlengkapan
kesehatan lengkap. Padahal dia bukan panitya. Dia anak baru juga.
Belakangan baru kutahu, Fania adalah anak dokter di Puskesmas dekat
rumahku.
“ Hai.” Begitu ia membalas panggilan isengku setiap bertemu
dengannya. Busyet, manis amat ! Tapi hingga aku masuk tahun terakhir
sekolahku, aku memang cuma mendapatkan kata “hai” dan senyuman manisnya
saja. Paling banter ia mau mendengar celoteh gombalku di bawah pohon
akasia dekat parkiran motor. Itu saja. Setahun aku kelimpungan mencari
tahu tentang dirinya. Mencari penyebab kenapa ia tak begitu saja
termakan rayuanku. Tak seperti yang lainnya Aku bahkan bisa
berakrab-akrab dengan mamanya yang dokter itu hanya untuk PDKT alias
pendekatan. Tapi memang Fania masih sendiri.
Di suatu sore , kusempatkan menjemput Fania untuk sebuah kegiatan di
sekolah. Aku memang nekad karena sudah beberapa kali kusampaikan
keinginanku untuk menjemputnya selalu saja ditolaknya. Ia paling suka ke
sekolah dengan sepeda kayuhnya. Huh, aku ga habis pikir dengan gadis
manis ini. Kemana-mana tongkrongannya sepeda ontel. Sementara yang lain
bangga berkendaraan sepeda motor model terbaru, eh ini cewe, asyik-asyik
saja dengan sepedanya. Sepeda. Kau tahu ? Mending kalau itu sepeda
sport impor yang mahal. Ini sih sepeda jadul merek Phoenix warna hijau
tua. Bweuuuh. Ga jaman banget !
Tapi sumpah, keunikan demi keunikan yang dimilikinya mebuatku semakin
tak kuasa melupakannya. Aku merasa tersungkur banget jika aku tak bisa
mendapatkannya. Mangkanya sore itu aku nekad datang ke rumahnya. Bukan
sekedar untuk menjemput. Tapi aku harus memproklamasikan perasaanku
padanya : aku cinta kamu, Fania. Terima dan balaslah cintaku. Jadilah
kau pacarku !
Ya ampun, aku seperti tercekat saat berhadapan dengannya.Fania sudah siap dengan sepedanya saat aku tiba di gerbang rumahnya.
“Hai”, begitu selalu ia menyapaku. “
“Hai juga. Barengan yuk , “ ajakku sambil menunjuk ke motor bututku
“ Ah, kan kubilang...”
“ Ga usah repot-repot jemput !” serobotku, mengulangi kalimat yang biasa ia ucapkan.
“Tuh ngerti ?”
“ Sekali ini aja, please....” pintaku. Fania melirik motorku. Tersenyum. Busyet, sumpah manis banget.
“ Kenapa?” tanyaku
“Ga papa. Boleh deh. Motormu bagus, haha !! Oke ?”
“Oke !”
Gila. Aku seneng banget. Rasanya dag dig dug. Fania mau berboncengan
denganku ? Itu prestasi ! Tinggal melangkah ke skenario lanjutan. Ga
boleh buang-buang waktu. (Uh...gile. Dasar playboy cap capung aku !).
Begitulah, tanpa banyak cerita, aku pun berhasil membuktikan : aku
bisa taklukkan Fania. Gadis manis, lincah, pintar tapi jutek untuk
urusan cinta. Perlu perjuangan ekstra untuk meluluhkan hatinya. Anak
semata wayang dalam keluarganya ini bener-bener beda. Ia tak menyapaku
kalau tak penting-penting amat. Membalas sms ku juga seperlunya saja.
Aku tak bisa sembarang waktu datang padanya sekangen apa pun aku.
Paling-paling dia akan katakan : besok ajalah kan ketemu di sekolah. Aku
mau les dulu. Duh, ampun banget. Les ini les itu. Apa ga capek seharian
sekolah ditambah aktif di Osis. Sedangkan aku ? Paling-paling latihan
basket dan main gitar saja.
Kami memang jarang tampak bersama. Tapi untunglah Fania suka
menyanyi, sehingga aku masih punya kesempatan bersamanya. Setidaknya
menyanyi di teras rumahnya di malam minggu. Tapi itu jarang sekali. Tak
banyak yang kutahu tentang gadisku sendiri selain kesibukan belajarnya.
Mungkin ini yang membuatku mengambil keputusan untuk menyudahi hubungan
ini. Hingga suatu saat..
“ Aku tahu kau bosan...” ujar Fania pelan.
“ Bukan itu....” sergahku.
“ Aku kan sudah bilang, kau tak akan sanggup bersamaku. Pergilah Bayu”.
“ Tapi Fania..” Ah. Gadis itu tak memberiku kesempatan untuk bicara
lagi.Ia tinggalkan aku sendiri di teras dan ia berbalik menutup pintu.
Kutahu.Kulihat ada titik bening di sudut mataya. Fania menangis !
...
Fania...Fania...aku sayang kau, tau ? Sumpah aku cinta kau. Tapi aku
sungguh tak mengerti kau. Mengapa terasa tak nyaman sekali mencintai
tanpa bisa memahami? Mengertilah aku, Fania.Aku sangat ingin memahami
dirimu. Jangan sembunyikan cintamu dariku, Fania...
Aaaaaahh....ingin rasanya aku menjerit sekencang-kencangnya saat itu.
Kenapa saat aku betul-betul (sumpah baru kali ini aku merasa beneran
jatuh cinta sejati), aku seperti dipermainkan ?
Fania, kau tega banget sih. Aku tahu kau mengenalku sebagai cowo ga
bener. Yang suka mempermainkan perasaan perempuan. Yang suka gonta-ganti
temen jalan, Tapi suer, sejak hatiku nyangkutl di senyuman jutekmu aku
takluk. siang terbayang-bayang, malam terbawa mimpi. Duh !
Ah Fania. Jadi, aku harus pulang nih dengan kenangan titik air mata di sudut matamu. Maafkan aku, sayang.....
Kini. Aku masih menimang-nimang ponselku yang nyaris kubanting karena
kegobloganku. keblo'onanku. Ngaku cinta, ngaku sayang, ngaku kangen,
tapi ego segunung. Bah, lelaki macam apa aku ini. Kapan aku berubah ?
Kapan aku tobat ?
Faniaaaaa!, tunggu aku. Aku datang untukmu. Jangan mati dulu. Aku
sungguh cinta kamu. Tapi...tapi , tolong ijinkan aku belajar untuk itu.
Kupacu motor bututku dengan derum knalpotnya yang cempreng. Melibas
segala aral demi cintaku: Fania.
ASIH DEWAYANTI
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG
JL. KH WAHID HASYIM NO 70
LEMAHABANG KAB CIREBON 45184
HP. 081 222 089 434